Sabtu, 04 Mei 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR


TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR



A.    GAMBARAN KAWASAN
a.         EKSISTING KAWASAN

        Museum fatahillah berada di Jl. Kali Besar Timur, Pinangsia, Tamansari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seperti terlihat pada gambar pada VI yaitu dimana terdapat lapangan dan terdapat cafe batavia dan kantor pos, V2 terdapat beberapa kedai, V3 terdapat kantor KPP Pratama Jakarta Penjaringan, V4 terdapat jalan utama yaitu Jl. Lada, Jakarta Barat.
       
        Tapak yang digunakan sebagai museum fatahillah merupakan sub zona prasarana sosial budaya. Tapak berbentuk persegi panjang dan cenderung datar. Luas tapaknya adalah 10.800 m² atau sekitar 1 hektar.




b.        KATEGORI LINGKUNGAN
        Museum fatahillah berada di zona prasarana sosial budaya yang dimana di beberapa lokasi atau disekitar lokasi terdapat beberapa museum diantaranya adalah musium bank BNI, museum wayang, museum seni rupa, dan museum Bank Indonesia, serta terdapat beberapa cafe dan kedai bahkan terdapat stasiun Jakarta Kota yang dimana stasiun tersebut adalah akses menuju museum-museum yang berada di Kota Tua Jakarta.

c.         LANGGAM
        Langgam arsitektur yang diterapkan pada Museum Fatahillah merupakan langgam arsitektur Barok klasik. Penggunaan beberapa elemen dengan skala yang monumental masih menghiasi beberapa sudut bangunan karena pengaruh gaya neoklasik.
.
d.        FASADE
·           DINDING
   Dinding eksterior bangunan Museum Fatahillah tidak mengalami perubahan yang signifikan bahkan saat masih menjadi gedung Balaikota Jakarta. Perubahan yang terjadi hanya saat dilakukan pengecatan ulang fasade bangunan untuk menjaga estetika bangunan. Secara sepintas, Arsitektur museum ini bergaya abad ke-17 bergaya Neoklasik dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua, selain itu bagian atap memiliki penunjuk arah mata angin yang mempertegas sisi solid dari bangunan ini.



e.         ELEMEN ARSITEKTURAL
·              ATAP
   Pada gedung Museum fatahillah terdapat beberapa jenis atap yang menaungi  beberapa  bagian  bangunan. Atap-atap tersebut meliputi atap  massa utama,  atap sayap  kanan  bangunan,  dan atap sayap  kiri  bangunan serta atap menara yang berbentuk kubah.

·           PINTU
   Pintu pada bangunan Museum Fatahillah berjumlah 14 jenis pada eksterior maupun interior. Pintu ini mempunyai satu kesamaan yaitu berwarna merah tua dan mempunyai hiasan atau ukiran garis yang difinishing dengan warna emas. Pintu-pintu ini memiliki kusen yang tebal yaitu dengan rata-rata ketebalan 10cm.

·           JENDELA
   Terdapat 13 jenis variasi jendela dengan bentuk dasar geometri segi empat. Ada satu jenis jendela memiliki bentuk melengkung / arc pada bagian atasnya.




f.         MATERIAL
        Material yang digunakan pada bangunan museum fatahillah adalah material-material yang beragam seperti bahan material baik yang sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, porselen, kain, kulit, kertas dan tulang. Untuk material pintu dan jendela menggunakan kayu jati.

g.        WARNA BANGUNAN
        Museum fatahillah dengan pemberian warna bangunan yang di cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua memberikan gaya abangunan arsitektur neoklasik.

B.     USULAN PENANGANAN PELESTARIAN
            Arahan pelestarian pada bangunan untuk pengembangannya berdasarkan ketentuan pada potensial tinggi, sedang dan potensial rendah. Pada kategori ini elemen bangunan masih memiliki karakter asli dari pertama bangunan Museum Fatahillah dibangun serta memiliki keterawatan yang tinggi. Dalam pelestarian ini maka dilakukan dengan cara mempertahankan kondisi elemen bangunan yang ada pada bangunan sehingga karakter elemen bangunan yang ada tetap terjaga keasliannya dan dilakukan perawatan secara rutin tiap tahunnya untuk menjaga kondisi bangunan fasade maupun elemen-elemen bangunan museum fatahillah.
.
C.     KESIMPULAN
            Elemen-elemen yang memiliki nilai historis sejarah, memperkuat karakter bangunan, memiliki keterawatan tinggi dam tingkat kelangkaan tinggi diantara bangunan di kawasan Kota Tua Jakarta. Elemen-elemen tersebut seperti atap,dinding eksterior, pintu, jendela, kolom eksterior dan interior serta konstruksi bangunan.

Sabtu, 06 April 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR


TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR


A.    PENDAHULUAN
Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.
Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.
·         JENIS – JENIS KONSERVASI
            Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain:
                                              1.          Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya
                                              2.          Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan
                                              3.          Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru
                                              4.          Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari restorasi
                                              5.          Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai
                                              6.          Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

·         TUJUAN KONSERVASI
            Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan:
                                              1.          Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
                                              2.          Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.
                                              3.          Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.
                                              4.          Eknomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

·         MANFAAT KOBSERVASI

                                              1.          Memperkaya pengalaman visual
                                              2.          Memberi suasana permanen yang menyegarkan
                                              3.          Memberi kemanan psikologis
                                              4.          Mewariskan arsitektur
                                              5.          Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

·         SKALA/LINGKUP KONSERVASI

                                          1.              Lingkungan Alami (Natural Area)
                                          2.              Kota dan Desa (Town and Village)
                                          3.              Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
                                          4.              Kawasan (Districts)
                                          5.              Wajah Jalan (Street-scapes)
                                          6.              Bangunan (Buildings)
                                          7.              Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

·         KRITERIA KONSERVASI

                                          1.              Estetika
                                          2.              Kejamakan
                                          3.              Kelangkaan
                                          4.              Keistimewaan
                                          5.              Peranan Sejarah
                                          6.              Penguat Kawasan di Sekitarnya

·         PERAN ARSITEK DALAM KONSERVASI
Internal:
                                          1.              Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
                                          2.              Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse.
                                          3.              Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal:
                                          1.              Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
                                          2.              Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
                                          3.              Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
                                          4.              Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

B.     TELAAH PUSTAKA
            Museum Fatahillah, yang terletak di Kawasan Kota Tua, atau tepatnya di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat. Pada awalnya sejarah museum fatahillah merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipergunakan sebagai balai kota.  Peresmian gedung dilakukan pada tanggal 27 April 1626, oleh Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) dan membangun gedung balai kota baru yang kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan baru selesai pada tanggal 10 Juli 1710 di masa pemerintahan lain, yaitu pada Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck.

            Gedung yang dipergunakan sebagai Balaikota ini, juga memiliki fungsi sebagai Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan Dewan Kotapraja (College van Scheppen). Kemudian sekitar tahun 1925-1942,  gedung tersebut  juga digunakan untuk mengatur sistem Pemerintahan pada Provinsi Jawa Barat. Kemudian  tahun 1942-1945, difungsikan sebagai  kantor tempat pengumpulan logistik Dai Nippon.
            Kemudian sekitar tahun 1919 untuk memperingati berdirinya batavia ke 300 tahun, warga kota Batavia khususnya para orang Belanda mulai tertarik untuk membuat sejarah tentang kota Batavia. Lalu pada tahun 1930, didirikanlah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala hal tentang sejarah kota Batavia.
            Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939.. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.
            Gedung Museum yang berdiri saat ini awalnya merupakan Balai Kota (Stadhuis) yang diresmikan oleh Gubernur Jendral Abraham Van Riebeeck pada tahun 1710. Pembangunan gedung ini sendiri telah dimulai pada era Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, pada tahun 1620. Kondisi tanah Jakarta yang labil membuat gedung ini sempat anjlok, sehingga dilakukan beberapa kali usaha pemugaran hingga peresmiannya.
            Pada masa selanjutnya, gedung ini sempat mengalami beberapa kali peralihan fungsi. Gedung ini pernah berfungsi antara lain sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat (1925-1942), kantor pengumpulan logistik Dai Nippon (1942-1945), markas Komando Militer Kota/Kodim 0503 Jakarta Barat (1952-1968). Baru pada tahun 1968, gedung secara resmi diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta pada 1968 dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
            Museum dengan nama populer 'Museum Fatahillah' ini menyimpan 23.500 koleksi barang bersejarah, baik dalam bentuk benda asli maupun replika. Koleksi ini berasal dari Museum Jakarta Lama (Oud Batavia Museum) yang sebelumnya terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 27, yang saat ini ditempati Museum Wayang. Diantara koleksi yang penting untuk diketahui masyarakat adalah Prasasti Ciaruteun peninggalan Tarumanagara, Meriam Si Jagur, Patung Dewa Hermes, sel tahanan dari Untung Suropati (1670) dan Pangeran Diponegoro (1830). Ada pula lukisan Gubernur Jendral VOC Hindia Belanda dari 1602-1942, alat pertukangan zaman prasejarah dan koleksi persenjataan. Selain itu, terdapat koleksi mebel antik peninggalan abad ke-17 hingga abad ke-19, sejumlah keramik, gerabah dan prasasti.
            Pada sejarah museum fatahillah berdasarkan pembentukannya hingga bisa kita kunjungi sampai sekarang ini, menyimpan sisa penjajahan di dalamnya. Terbentuk menjadi dua lantai dengan ruang bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu :
·         Lantai bawah : Berisikan peninggalan VOC seperti patung, keramik-keramik barang kerajinan seperti prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang ditemukan para arkeolog. Terdapat pula peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur khas Betawi tempo dulu
·         Lantai dua : Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari tempat tidur dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun-alun. Konon, jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun.
·         Ruang bawah tanah : Yang tidak kalah penting pada bangunan ini adalah, penjara bawah tanah para tahanan yang melawan pemerintahan Belanda. Terdiri dari 5 ruangan sempit dan pengap dengan bandul besi, sebagai belenggu kaki para tahanan.


   Sumber: