Kritik
Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang
menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini
dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif
dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan
kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau
memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
Sukmadinata (2006:72)
menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Ciri – ciri kritik deskriptif adalah
:
- Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
- Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
- Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.
- Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.
- Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
- Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
- Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
- Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
- Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
Deskriptif mencatat fakta-fakta
pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota Lebih bertujuan pada kenyataan
bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses
kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan. Lebih dipahami
sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk
yang ditampilkannya Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete.
Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa
yang terjadi di dalamnya.
Depictive Criticism (Gambaran
Bangunan) merupakan jenis metode dari kritik deskriptif dimana uraian yang
dituangkan benar-benar penjabaran dari bentuk fisik bangunan atau kota yang
dikritik. Misalnya dari bentuk massa bangunannya, ukuran bangunan, bahan atau
material bangunan, warna bangunan, tekstur bangunan, dan lain sebagainya.Depictive
Criticism (Gambaran Bangunan) ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:
- Static (secara grafis)
Merupakan metode pengamatan
berdasarkan fisik bangunan atau kota dilihat dari satu sudut pandang saja. Atau
dapat dikatakan kondisi pengamat berada pada posisi diam.
- Dynamic (secara verbal)
Merupakan metode pengamatan
berdasarkan fisik bangunan atau kota dilihat dari seluruh sisi bangunan. Atau
dapat dikatakan kondisi pengamat berada pada posisi bergerak mengelilingi
bangunan atau kota yang dikritik.
- Process (secara procedural)
Merupakan metode pengamatan
berdasarkan fisik bangunan atau kota dilihat dari proses awal memasuki
bangunan, mencapai bagian dalam bangunan, dan akhirnya proses akhir keluar
bangunan.
3 meotode kritik
interpretatif :
- Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas
makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap
suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan
ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan
fotografis (gambar).
- Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan
mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan
dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh
arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan
menjadi bangunan yang mempersona.
- Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni
atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
CONTOH KRITIK INTERPRETATIF – HARITAGE
FACTORY OUTLET, BANDUNG
Haritage factory outlet terletak di jalan R.E. Martadinata No.63, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung,
Jawa Barat 40115. Bangunan megah berpilar besar
dengan cat warna putih ini kini menjadi salah satu factory outlet ternama di
kota Bandung.
Heritage factory outlet, bangunan ini bekas gedung British
Institute ini dibangun di tahun 1895-1900 dengan gaya arsitektur Belanda
Klasik dengan kolom doriknya yang khas. Namun sampai saat ini arsitek yang
merancang bangunan ini belum diketahui.
Bangunan ini merupakan bangunan
bekas rumah dinas direktur Gouvernements Bedrijven (GB) yang sekarang
disebut Gedung Sate. Selain bangunan ini antik, langka, dan indah juga
merupakan satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur klasik yang masih
utuh. Pilar ioniknya yang anggun menjadi ciri khas yang memperlihatkan nilai
arsitektur yang tinggi.
Bangunan Heritage Factory Outlet
satu dari bangunan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan keberadaannya
di kota Bandung. Di dalam bangunan Heritage sendiri memiliki jalur yang
menghubungkan Heritage dengan FO yang berada di sebelahnya, Cascade yang
memiliki konsep arsitektur bergaya modern.
Gambar Cascade Factory Outlet, Bandung
Gambar Heritage Factory
Outlet
Penambahan awning bergaya modern
pada sisi bangunan menjadikan bangunan bersejarah ini lebih modern namun tidak
menghilangkan kesan kolonial yang ada pada bangunan. Heritage dan Cascade
Factory Outlet merupakan contoh dari bangunan kuno yang mengalami modernisasi
dengan menambahkan bangunan modern di sampingnya.
Sumber: