PSIKOPAT
1.
PENGERTIAN
Psikopat adalah suatu gejala
kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah
psikopat yang sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat
tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di
lingkungan ahli kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa
masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada
gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan
kepribadian dissosial.
Psikopat berasal dari kata
psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama
dengan skizofrenia karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya.
Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali
disebut “orang gila tanpa gangguan mental”. Menurut penelitian sekitar 1% dari
total populasi dunia mengidap psikopat. Beberapa orang ahli memprediksi tiga
dari 10 laki-laki di Amerika Serikat dan satu dari 30 laki-laki di Inggris
adalah psikopat. Prediksi ini didasarkan pada penelitiannya, yang sebagian
besar respondennya adalah laki-laki.
Psikopat ditemukan di berbagai
profesi dan kelas sosial, laki- laki dan perempuan. Karena yang dirugikan oleh
kejahatannya tak hanya individu tetapi juga masyarakat luas, Pengidap ini sulit
dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang
mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pemabuk,
penjudi, penipu, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri dan
koruptor. Namun, kasus kriminal itu hanya terjadi pada sekitar 15-20 persen
dari semua penderita psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan
sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan
menyenangkan.
2. PENYEBAB
Sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti penyebab psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para
peneliti. Teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian
otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian
“posterior hippocampal” dan peningkatan intensitas otak bagian “callosal white
matter”. Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak
dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat.
Mungkin tidak terdapat
kerusakan otak sebagai penyebab psikopatik. Tetapi terdapat anomali dalam cara
psikopat memproses informasi. Dalam penelitian menggunakan MRI melalui
pengenalan gambar-gambar kasus bunuh diri yang tidak menyeramkan. Pada orang
non-psikopat terlihat banyak sekali aktivasi di amigdala sedangkan pada
psikopat tidak ada perbedaan sama sekali. Namun ada peningkatan aktivitas di
area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis
materi emosional di area otak tersebut.
Selain ada anomali di otak,
faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter psikopat.
Stres atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku seseorang
menjadi brutal. Namun bila sifatnya sementara, karena ada pemicu yang masuk
akal, maka tidak bisa dikatakan psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa
dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa.
Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata merupakan warisan genetik.
Penelitian terhadap anak-anak kembar menunjukkan, anak menunjukkan
kecenderungan psikopatik dini. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 3.687
pasang anak kembar berusia tujuh tahun.
3.
GEJALA PSIKOPAT
Terdapat tiga ciri utama yang
biasanya melakat pada seorang psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati,
dan tidak pernah menyesal. Terdapat sepuluh karakter spesifik psikopat. Di
antaranya adalah tidak memiliki empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong,
egosentris, pintar bicara, toleransi yang rendah pada frustasi, membangun
relasi yang singkat dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma
sosial yang persisten. Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit,
memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan
dan keuntungan dirinya sendiri.
Sejumlah penelitian
menunjukkan, psikopat lebih suka menyiksa pasangan daripada membunuhnya. Dari
sekian banyak pembunuhan dalam rumah tangga, hanya 2% yang pelakunya
benar-benar seorang psikopat. Para psikopat umumnya tidak menyesal setelah
melakukan aksinya. Hanya sedikit psikopat yang menyesal lalu memutuskan bunuh
diri. Dari 2% psikopat yang melakukan pembunuhan, seperempatnya melakukan bunuh
diri.
4.
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
Pada dasarnya, psikopat tidak
bisa diterapi secara sempurna tetapi hanya bisa terobservasi dan terdeteksi.
Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap
kopleksitas pemahaman gejala. Terapi yang paling mungkin adalan non obat
seperti konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa
dikatakan sulit bahkan tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang
salah dengan dirinya sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal
yang mustahil. Yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang
psikopat, memberikan terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak
dan mencegah psikopat jangan berubah menjadi kriminal.
Psikopat salah satu perilaku
menyimpang yang banyak ditakuti masyarakat sebenarnya selama ini banyak
terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari 100 orang di dalam masyarakat adalah
psikopat. Hampir seperlimanya akan berperilaku kriminal seperti pembunuh,
pemerkosa, koruptor, pemabuk, atau penjudi. Mungkin salah satunya akan
berpotensi menjadi “monster penjagal manusia”. Bila deteksi dini gangguan
perilaku pada anak dan pendekatan lingkungan dilakukan dengan baik, maka
idealnya psikopat tidak akan berubah menjadi kriminal.
Beberapa penelitian faktor
lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik,
biologis dan sosial. Tetapi kebanyakan orang-orang beresiko biasanya memasuki
lingkungan yang sama yang berpotensi terjadinya kejahatan tersebut. Faktor
lingkungan fisik dan sosial yang beresiko berkembangnya seorang psikopat
menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras
sejak usia anak, penelantaran anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua,
faktor pemberian nutrisi tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi
etika hukum, agama dan sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup
ditengah masyarakat yang dekat dengan perbuatan criminal seperti pembunuhan,
penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan biologis
salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan apakah
berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian yang dilakukan
Peter C dkk tahun 1997 cukup mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi
makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda cukup menjadi
informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting, Meskipun demikian
masih belum dapat dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut
berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko untuk terjadi tindak kekerasan dan
kriminal tersebut seperti agresifitas, emosi, impulsifitas, hiperaktif,
gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak faktor resiko tersebut juga
terjadi pada penderita alergi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan
komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ
atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak
itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti
gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.
Bila faktor genetik, gangguan
fungsi otak, dan diikuti oleh lingkungan fisik, biologis dan sosial yang
negatif maka tindak kriminal pada penderita psikopat lebih gampang terjadi.
Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui faktor resiko dan gangguan perilaku
pada usia anak untuk dilakukan pencegahan sejak dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar